MANUSIA PEMBELAJAR AKAN MENGAJAR DENGAN HATI

MANUSIA PEMBELAJAR AKAN MENGAJAR DENGAN HATI

Selasa, 27 Desember 2011

keARIFan seGEnggam gaRAM [versi GuE]

KEARIFAN SEGENGGAM GARAM

[versi gue]

Dahulu kala, hiduplah seorang kakek tua yang tinggal sebatang kara di desa bernama Nrimo Rezeki (NR). Kakek ini merupakan sesepuh desa yang terkenal sholeh dan bijak. Karena sebatang kara dan tak punya tempat tinggal, maka warga desapun mengijinkannya untuk tinggal di masjid desa sebagai takmir masjid Al-IkhlasO.

Di suatu sore saat awan tertutupi mendung yang pekat diiringi rintik hujan, datanglah seorang pemuda berperawakan kurus, rambut kelemis, berkacamata minus dengan langkah yang lunglai. Menujulah lelaki itu ke sebuah pancoran air untuk mengambil air wudhu. Dan sholat asharlah dia!!!
15 menit kemudian selesai sholat, dia menyandarkan badannya ke serambi masjid yang berdiri kokoh menopang indahnya masjid itu. Di hela lah nafas besar dari mulutnya!!!
Huufffff………………

Dari kejauhan lelaki itu tampak seperti orang yang tak mengenal bahagia. Meskipun sudah selesai sholat lelaki itu seolah memiliki beban berat yang akan dibuang jauh2.
Gelegat anak muda itupun terlihat oleh pak tua penghuni masjid Al-ikhlasO. Tanpa membuang waktu, lelaki tua itu langsung menghampiri anak muda tersebut dan menegurnya,”kelihatannya anak muda sedang mengalami kesusahan ya!!!”

Dari tadi kakek selalu ngeliat adek selalu menghela nafas yang besar.
 Tanpa canggung dan basa-basi anak muda itupun langsung mengungkapkan semua resahnya,”eemmm….begini kek!!!
Selama berbulan-bulan ini saya bersabar demi mewujudkan mimpi saya, namun saya selalu gagal…. bla…bla….bla….singkat cerita impiannya gagal, karier, CINTA dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil se genggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok secara perlahan,” bibir kakek itupun selalu tampilkan senyum.
 
"Coba, minum ini anak muda, dan katakan bagaimana rasanya?" pinta Pak tua itu.
"Asin dan pahit, pahit sekali", jawab sang pemuda, sambil meludah ke tanah.
Hueeek….Juuiiiih……

Pak Tua itu hanya tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ini berjalan menuju bak mandi yang berisi air jernih nan penuh. Di dalam kamar mandi dekat tempat berwudhu. Kedua orang itu berdiri beriringan, dan pak tua itu selalu menebarkan senyumnya namun si pemuda malah tampak kebingungan atas sikap aneh dari kakek tersebut. 

Pak Tua itu, kemudian memandang lelaki muda itu dengan senyum khasnya, lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam bak mandi. Dengan gayung bak mandi, diaduklah air di bak mandi tersebut, sehingga membuat gelombang dan riak kecil yang membuat air di bak itupun berceceran keluar area. Setelah air bak mandi tenang, dia pun berkata,
"Coba, ambil air dari bak mandi ini, dan minumlah".
Saat pemuda itu selesai meneguk air bak, Pak Tua berkata lagi,"Bagaimana rasanya?"
"Segar," sahut pemuda itu.
"Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?" tanya Pak Tua lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.

Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu
mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di serambi masjid.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu anakku, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita.

Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan: lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai pandangan hidup yang luas. Kamu akan banyak belajar dari keleluasan itu."

Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasihat.
"Hatimu anakku, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah isi dari wadah itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampungnya menjadi satu. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana bak mandi atau telaga bahkan samudra yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."


Terngianglah nasehat orang tua itu dalam benak pemuda ini. Dengan duduk menunggu hujan reda, anak muda ini merenung dan merenung dan merenung.
 

Seiring hujan yang mulai reda, hati anak muda itupun mulai merasakan ketenangan dan berusaha untuk membesarkan hatinya dalam sebuah wadah keikhlasan. SENYUM INDAHPUN Nampak pada wajah itu. Subhanallah!! Dan kini pemuda ini akan lebih kuat lagi dalam menatap masa depannya!! Bismillah!!

0 komentar:

Posting Komentar